"Kepemimpinan yang Menghamba"
Salam sejahtera bagi kita semua.
Memenuhi panggilan Tuhan menjadi Pemimpin Rohani bukanlah keputusan yang mudah. Saat terpanggil, seseorang menjadi pemimpin rohani harus siap sedia hati, pikiran dan tenaga. Namun, kesibukan kerap membuatnya kelelahan secara fisik dan mental. Beban pelayanan yang begitu berat dan kadang- kadang kita tidak dapat memikulnya seorang diri saja. Jika kita kelelahan, akhirnya waktu teduh bersama Tuhan bisa terabaikan. Di sinilah, kita butuh kehadiran sosok "orang tua" yang memberi nasehat dan motivasi agar kita tetap kuat dan semangat dalam menunaikan tugas pelayanan. Begitulah yang dialami oleh Musa saat menjalani panggilan sebagai pemimpin rohani Israel. Musa meski menghadapi bangsa Israel yang tegar tengkuk. Namun, dia berusaha keras untuk melaksanakan tugas panggilannya dan melayani sebaik mungkin. Ia menunjukkan ketaatan pada Allah yang memanggil dan mengutusnya.
Namun, dalam kelelahannya Musa membutuhkan pendamping dan pendukung. Di sinilah peran Yitro hadir memberikan nasehat dan memotivasi Musa tentang apa dan bagaimana seharusnya yang dia lakukan. Yitro memberi nasehat dan teknik kepemimpinan: "Cari dan pilihlah orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya.." (ayat 21a). Orang-orang ini yang akan membantu Musa dalam melaksanakan tugasnya. Syarat-syarat adalah: orang yang cakap. Dalam pengertian "cakap" bukan hanya keahlian, tapi kemauan dan motivasi. Kecakapan yang dimaksud adalah menangani perkara-perkara yang ada (baca ayat 19), karena memang bangsa Israel terkena tegar tengkuk. Itulah tugas mereka yang pertama, bukan malah menciptakan perkara. Selanjutnya, syaratnya adalah orang-orang yang takut pada akan Allah. Ini menjadi syarat utama, karena pekerjaan yang akan diemban adalah tugas dari Allah bukan tugas manusia. Dan syarat lainnya adalah: orang-orang yang dapat dipercaya. Persyaratan ini menjadi poin penting, kenapa? Bagaimana mungkin dipilih dan dipakai oleh Tuhan orang yang tidak dapat dipercaya? Bagaimana jadinya, apabila orang-orang yang seharusnya membantu pelayanan kepemimpinan Musa, malah menjadi batu sandungan baginya. Inilah nasehat Yitro kepada Musa, dengan tujuan agar tugas memimpin umat Allah dapat dilaksanakan dengan baik. Jika demikian diperbuat maka mereka akan dapat menyelesaikan tugas dan tanggung jawab kepemimpinan tersebut, yaitu: membawa pulang umat Israel ke negeri yang dijanjikan oleh Allah; dan Allah akan memampukan mereka. Saudara-saudara, jemaat yang dipilih oleh Allah. Apa pesan khotbah ini kepada kita? Ada dua hal, yaitu: kepemimpinan di Gereja dan kepemimpinan di Keluarga. Pertama, kepemimpinan di Gereja. Sejak dahulu, HKBP sudah menerapkan seperti kepemimpinan Musa. Tidak mungkin hanya seorang "Uluan Huria" mengemban tugas pelayanan di Gereja, sehingga HKBP dalam sejarahnya memilih "sintua" untuk membantu pelayanan para Pendeta/Misionaris. Sintua tersebut bukannya hanya 1-2 orang dalam satu Gereja, tetapi tergantung kebutuhan pelayanan. Sama dengan teori kepemimpinan Musa, orang Sintua untuk 10 KK Jemaat. Hingga kini, keberadaan Sintua di HKBP Sebenarnya menjadi perintis pelayanan di lingkungan-lingkungan Jemaat, dan membantu tugas-tugas Uluan ni Huria. edua, kepemimpinan di Keluarga. Siapa pemimpin Keluarga? Ayah. Dialah yang disebut imam keluarga, dia yang menjadi pemimpin keluarga. Minggu lalu kita telah disapa Khotbah bagaimana peran Ibu dalam rumahtangga sebagai penolong yang sepadan. Kepemimpinan ayah di rumahtangga tidak dapat berjalan dengan baik bila tidak dibantu oleh ibu. Merekalah menjadi tim kepemimpinan dalam keluarga untuk merawat dan memelihara kehidupan rumahtangga.
Jemaat yang dikasihi Allah. Ada peribahasa "Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing", artinya: Kerjasama yang baik, seia sekata, senang dan susah dialami bersama. Dalam kehidupan ini, sangat diperlukan kerjasama untuk menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Baik itu di kehidupan Gereja maupun kehidupan di Keluarga. Memang benar, bahwa tugas pelayanan di Gereja diemban oleh para parhalado yang dipimpin Uluan; akan tetapi HKBP juga telah menerapkan kepemimpinan yang kolektif, yaitu melibatkan jemaat untuk ikut dalam pelayanan, seperti panitia- panitia, dan tugas lainnya. Dan ternyata Allah lebih menyukai hal itu. Sebaliknya, Allah murka apabila kita membiarkan orang lain mengerjakan tugas bersama, sebagaimana Allah murka kepada orang Israel yang membiarkan Musa sendiri menyelesaikan tugas panggilannya. g Bagaimanakah kerjasama yang baik? Yang baik itu adalah sama kerja, tidak membiarkan orang lain mengerjakannya sendiri. Ambil peranmu dan lakukan tugasmu. Sekecil apapun peran kita dalam kehidupan kegerejaan, maka Tuhan akan melihat hal itu, dan memampukan kita untuk melakukan tugas yang lebih besar. Tetapi barang siapa yang enggan mengambil peran, maka Allah juga enggan memberikan peran yang lebih besar. Selamat berkarya dan selamat melayani, tunaikan tugasmu. AMIN
dikutip dari khotbah HKBP Bethlehem Pulau Burung Ressort Tanjung Balai Karimun
0 komentar: